LOGO PETRAL |
"Saya amat terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyerang dan mendiskreditkan saya, ketika menjadi presiden dulu.
Sudirman Said melalui Berita Republika Online mengatakan bahwa pemberantasan mafia migas selalu berhenti di meja SBY.Saya harap Pak Menteri ESDM melakukan klarifikasi apa yang dimaksud, karena justru saya ingin penyimpangan apapun diberantas.Saya bahkan membentuk Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, yang hakikatnya memberantas kejahatan dan penyimpangan apapun
Tidak ada yang mengusulkan ke saya agar Petral dibubarkan. Saya ulangi, tidak ada. Kalau ada, pasti sudah saya tanggapi secara serius.Saya tertib dalam manajemen pemerintahan. Isu serius seperti mafia migas pasti saya respons. Tidak mungkin berhenti di meja saya. "
Begitulah kata - kata yang ditulis oleh SBY di salah
satu medsos untuk menanggapi pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said.
Sudah kali kesekian SBY meradang menanggapi berbagai pernyataan yang
dikeluarkan oleh pejabat rezim pemerintah Jokowi-JK.
Sebenarnya pembubaran PETRAL merupakan sebuah langkah
yang cukup bagus guna memberantas Mafia Migas yang selama ini
digembar-gemborkan bahkan sejak era Presiden SBY. Menjadi tidak etis karena Pak
Menteri kemudian menyebut bahwa SBY lah yang menghambat semuanya di masa
lalu. Terkesan selalu mencari-cari kesalahan dari rezim sebelumnya. SBY dulu
tidak pernah menyalahkan Megawati, walaupun semua sudah dijual oleh Mega.
Geli juga sebenarnya melihat pernyataan dan polah
tingkah pejabat kabinet kerja sekarang (dan juga Presidennya). Mungkin
kita masih ingat dulu di awal pemerintahan Jokowi-JK bagaimana gamang dan
bingungnya mau menaikkan harga BBM, dengan menyalahkan era SBY yang tidak mau
menaikkan harga BBM sehingga menjadi beban pemerintahan Jokowi-JK (yang akhirnya setelah naik drastis diturunkan
lagi, entah apa kalkulasi yang digunakan padahal sembako udah terlanjur naik
dan gak mau turun). Atau pernyataan Jokowi soal kita masih punya utang sama
IMF yang dibantah SBY dan menyatakan sejak tahun 2006 kita sudah terbebas dari
IMF.
Seringkali banyak pernyataan dan tingkah polah pejabat
sekarang yang terkesan hanya untuk mencari sensasi, sekedar pencitraan padahal
yang dilakukan adalah NOL. Mulai dari Jokowi sampai menteri-menterinya sering
mengumbar pernyataan yang gak valid atau sekedar wacana dan juga penuh dagelan.
Jokowi pernah menandatangani Perpres tentang tunjangan uang muka mobil pejabat
, lalu setelah timbul kontroversi tinggal bilang “ saya tidak membaca yang saya tanda tangani “ . yang diamini Menseskab
dengan alasan lucu pula “ presiden juga
manusia, masak gak boleh salah”. Para
Menterinya juga latah ikut-ikutan membuat gebrakan tapi tidak tahu hasilnya. Dulu
Menaker sempat lompat-lompat pagar di penampungan TKI ilegal atau Menkumham
yang sukses mengobok-obok Golkar. Sekarang diteruskan oleh Menpora dengan Tim
Transisinya.Terus apa juga kerja Tim Ekonomi Kabinet Kerja sekarang? Rupiah
melorot dilevel Rp 13.000,00 an per $. Pertumbuhan ekonomi melambat di bawah
5%, beras dan sembako mahal. Kelihatan seperti tidak punya planning mengelola
Negara ini.
Jadi Pak Presiden beserta Kabinet Kerja yang terhormat,
kalau masih mau dipercaya rakyat tunjukkan hasil kerjamu jangan cuma buat
wacana dan pencitraan dan tidak usah menyalahkan rezim yang lalu. Untuk itulah
anda dipilih, untuk membenahi dan menyempurnakan yang kurang di masa lalu.
Kalau memang mampu, Anda tidak akan mengeluh dan mencari kambing untuk
dihitamkan, tetapi akan selalu berusaha bekerja sebaik-baiknya dengan kondisi
sekarang ke arah yang lebih baik. Rakyat butuh bukti nyata yang bisa dirasakan
bukan sekedar wacana.
No comments:
Post a Comment