Wednesday, May 20, 2015

KABINET KERJA, KERJALAH JANGAN KURANG KERJAAN



LOGO PETRAL


"Saya amat terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyerang dan mendiskreditkan saya, ketika menjadi presiden dulu.

Sudirman Said melalui Berita Republika Online mengatakan bahwa pemberantasan mafia migas selalu berhenti di meja SBY.
Saya harap Pak Menteri ESDM melakukan klarifikasi apa yang dimaksud, karena justru saya ingin penyimpangan apapun diberantas.
Saya bahkan membentuk Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, yang hakikatnya memberantas kejahatan dan penyimpangan apapun

Tidak ada yang mengusulkan ke saya agar Petral dibubarkan. Saya ulangi, tidak ada. Kalau ada, pasti sudah saya tanggapi secara serius.
Saya tertib dalam manajemen pemerintahan. Isu serius seperti mafia migas pasti saya respons. Tidak mungkin berhenti di meja saya. "

Begitulah kata - kata yang ditulis oleh SBY di salah satu medsos untuk menanggapi pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said. Sudah kali kesekian SBY meradang menanggapi berbagai pernyataan yang dikeluarkan oleh pejabat rezim pemerintah Jokowi-JK. 

Sebenarnya pembubaran PETRAL merupakan sebuah langkah yang cukup bagus guna memberantas Mafia Migas yang selama ini digembar-gemborkan bahkan sejak era Presiden SBY. Menjadi tidak etis karena Pak Menteri kemudian menyebut  bahwa SBY lah yang menghambat semuanya di masa lalu. Terkesan selalu mencari-cari kesalahan dari rezim sebelumnya. SBY dulu tidak pernah menyalahkan Megawati, walaupun semua sudah dijual oleh Mega.

Geli juga sebenarnya melihat pernyataan dan polah tingkah pejabat  kabinet kerja sekarang (dan juga Presidennya). Mungkin kita masih ingat dulu di awal pemerintahan Jokowi-JK bagaimana gamang dan bingungnya mau menaikkan harga BBM, dengan menyalahkan era SBY yang tidak mau menaikkan harga BBM sehingga menjadi beban pemerintahan Jokowi-JK (yang akhirnya setelah naik drastis diturunkan lagi, entah apa kalkulasi yang digunakan padahal sembako udah terlanjur naik dan gak mau turun). Atau pernyataan Jokowi soal kita masih punya utang sama IMF yang dibantah SBY dan menyatakan sejak tahun 2006 kita sudah terbebas dari IMF. 

Seringkali banyak pernyataan dan tingkah polah pejabat sekarang yang terkesan hanya untuk mencari sensasi, sekedar pencitraan padahal yang dilakukan adalah NOL. Mulai dari Jokowi sampai menteri-menterinya sering mengumbar pernyataan yang gak valid atau sekedar wacana dan juga penuh dagelan. Jokowi pernah menandatangani Perpres tentang tunjangan uang muka mobil pejabat , lalu setelah timbul kontroversi tinggal bilang “ saya tidak membaca yang saya tanda tangani “ . yang diamini Menseskab dengan alasan lucu pula “ presiden juga manusia, masak gak boleh salah”.  Para Menterinya juga latah ikut-ikutan membuat gebrakan tapi tidak tahu hasilnya. Dulu Menaker sempat lompat-lompat pagar di penampungan TKI ilegal atau Menkumham yang sukses mengobok-obok Golkar. Sekarang diteruskan oleh Menpora dengan Tim Transisinya.Terus apa juga kerja Tim Ekonomi Kabinet Kerja sekarang? Rupiah melorot dilevel Rp 13.000,00 an per $. Pertumbuhan ekonomi melambat di bawah 5%, beras dan sembako mahal. Kelihatan seperti tidak punya planning mengelola Negara ini. 

Jadi Pak Presiden beserta Kabinet Kerja yang terhormat, kalau masih mau dipercaya rakyat tunjukkan hasil kerjamu jangan cuma buat wacana dan pencitraan dan tidak usah menyalahkan rezim yang lalu. Untuk itulah anda dipilih, untuk membenahi dan menyempurnakan yang kurang di masa lalu. Kalau memang mampu, Anda tidak akan mengeluh dan mencari kambing untuk dihitamkan, tetapi akan selalu berusaha bekerja sebaik-baiknya dengan kondisi sekarang ke arah yang lebih baik. Rakyat butuh bukti nyata yang bisa dirasakan bukan sekedar wacana.